Nih [Review] Koe No Katachi, Animovie Terbaik 2017
Siapa yang tidak tahu Koe no Katachi, anime movie yang telah banyak diperbincangkan semenjak tahun kemudian ini memang telah menyita perhatian banyak orang. Movie ini merupakan pembiasaan dari manga dengan judul yang sama karya OOIMA Yoshitoki yang dirilis tahun 2013. Sejak awal kabar kemunculannya, movie ini digadang-gadang akan menjadi pesaing dari Kimi no Nawa yang rilis di tahun sebelumnya. Seperti apa sih dongeng dari Koe no Katachi ini, kali ini Chame-chan akan menunjukkan sedikit review ihwal animovie ini. Yuk pribadi saja kita simak!!
Judul Alternatif : A Silent Voice, The Shape of Voice
Genre : Shoujo, Romance, Slice of Life, Drama
Studio : Kyoto Animation
Durasi : 2 jam 9 menit (129 menit)
Tanggal Rilis :
Jepang : September 2016
Seluruh Dunia : Juni 2017
Shoko yaitu seorang siswa tuna rungu yang gres saja pindah ke kelas. Ia yaitu satu-satunya penyandang disabilitas, tidak ada guru ataupun staf yang dipersiapkan khusus untuk bisa mengatasi keterbatasannya tersebut. Shoko menjadi korban bullying alasannya yaitu kekurangan yang ia miliki.
Ketika diketahui bahwa Shoko telah mengalami intimidasi, semua siswa dan guru menyalahkan Shouya yang kemudian mengalami bullying sama menyerupai Shoko. Bullying tersebut berlanjut hingga SMA, hal tersebut membuatnya pernah berpikir untuk bunuh diri demi terlepas dari jeratan tersebut.
Shouya bertemu Shoko kembali ketika berada di SMA, ia berencana untuk mulai berteman dengannya alasannya yaitu merasa bersalah atas apa yang ia lakukan ketika kecil. Shouya telah mempelajari bahasa arahan sehingga ia sanggup berkomunikasi dengannya. Ia bertanya apakah mereka bisa berteman, hal yang sama yang ia tanyakan padanya ketika mereka masih kecil.
Shoko sendiri telah tumbuh menjadi lebih berpengaruh dan mempunyai banyak teman, namun ia menyalahkan dirinya dikarenakan telah memecah pertemanan Shouya dkk serta menciptakan Shouya menjadi korban bullying. Keduanya menyerupai 2 buah kutub magnet yang saling menolak, sama-sama menyalahkan diri mereka sendiri atas apa yang terjadi di masa lalu.
Shouya pun telah tumbuh menjadi lebih dewasa, di awal film terlihat ia berteman dengan sahabat sekelas pria yang juga merupakan seorang korban bullying. Itu merupakan sahabat pertamanya semenjak ketika SD. Adik Shoko mengetahui betul bahwa Shouya telah berubah dan terus mendorongnya biar berkencan dengan Shoko.
Shoko sendiri ingin membantu memperbaiki persahabatan Shouya dengan teman-temannya dengan mengumpulkan murid-murid lain. Namun beberapa dari mereka masih membenci Shoko maupun Shouya. Ada sedikit kisah cinta segitiga ketika Shouya bertemu sahabat sekelasnya dulu, Ueno yang bekerja di sebuah café kucing (cat café).
Namun disisi lain semua orang masih dihantui oleh masa lalunya. Shoko dan Shouya masih harus berjuang untuk melawan impian bunuh diri dan rasa bersalah atas apa yang terjadi di masa lalu. Seiring berjalannya waktu, keduanya bisa menyebarkan perasaan cinta satu sama lain, namun tampaknya hal itu belumlah cukup.
Koe no Katachi menunjukkan dongeng yang sangat menyentuh. Kasus bullying yaitu problem serius baik di Jepang maupun Amerika, hal tersebut mengakibatkan peningkatan bunuh diri pada remaja dan anak-anak. Tema dan huruf yang diangkat terasa nyata, relateable dan penuh dengan emosi.
Dalam manga dongeng pergi lebih jauh dengan menceritakan teman-teman mereka sesudah SMA. Mengingat batasan waktu, film pembiasaan ini tidak sanggup menceritakan sejauh itu. Umumnya mereka mengambil beberapa jilid manga untuk dijadikan movie dengan durasi -+2 jam.
Namun melihat bagaimana transformasi Shouya dari seorang pembully menjadi korban bully, kemudian menemukan cinta dan persahabatan merupakan titik utama dari film ini. Dan kita akan mengetahui betapa imut dan uniknya huruf Shoko. Film ini menyajikan kehidupan rumah, sekolah dan sahabat yang digarap dengan sangat baik. Bahkan huruf pembantu menyerupai adik dan nenek Shoko bisa menampakan diri mereka dengan baik.
Namun bahwasanya yang menarik disini yaitu bagaimana mereka menampilkan huruf berkomunikasi dengan bahasa arahan untuk beberapa kali. Saya sendiri kurang paham ihwal bahasa arahan jadi tidak mau menunjukkan komentar seberapa akurat hal tersebut dianimasikan. Namun saya bisa katakan bahwa hal itu sangat menarik dan menyentuh.
Overall : 39/50 (B)
“Anime yang elok untuk ditonton terutama bagi anak perempuan”
Catatan :
Review diatas menurut pendapat pribadi saya, semua terpengaruh selera, mood dan emosi individu. Kaprikornus ada kemungkinan beberapa poin evaluasi yang tidak sama dengan kalian, review ini hanya untuk menunjukkan sedikit citra ihwal Koe no Katachi.
Semoga dengan sedikit review movie The Shape of Voice diatas akan menjadi motivasi bagi kalian untuk pergi menontonnya. Saya pastikan kalian tidak akan menyesal jikalau menontonnya, jadi tunggu apalagi.
Ulasan Anime Movie The Shape of Voice
Informasi
Judul : Koe no KatachiJudul Alternatif : A Silent Voice, The Shape of Voice
Genre : Shoujo, Romance, Slice of Life, Drama
Studio : Kyoto Animation
Durasi : 2 jam 9 menit (129 menit)
Tanggal Rilis :
Jepang : September 2016
Seluruh Dunia : Juni 2017
Cerita (9/10)
Koe no Katachi menyajikan dongeng yang menggambarkan pertumbuhan dan perubahan sifat korelasi antara sekelompok teman, musuh dan kekasih. Cerita berpusat pada Ishida Shouya, Nashimiya Shoko dan teman-temannya. Saat film dimulai mereka masih Sekolah Menengah Pertama dan di selesai film mereka sudah menjadi murid SMA.Shoko yaitu seorang siswa tuna rungu yang gres saja pindah ke kelas. Ia yaitu satu-satunya penyandang disabilitas, tidak ada guru ataupun staf yang dipersiapkan khusus untuk bisa mengatasi keterbatasannya tersebut. Shoko menjadi korban bullying alasannya yaitu kekurangan yang ia miliki.
Ketika diketahui bahwa Shoko telah mengalami intimidasi, semua siswa dan guru menyalahkan Shouya yang kemudian mengalami bullying sama menyerupai Shoko. Bullying tersebut berlanjut hingga SMA, hal tersebut membuatnya pernah berpikir untuk bunuh diri demi terlepas dari jeratan tersebut.
Shouya bertemu Shoko kembali ketika berada di SMA, ia berencana untuk mulai berteman dengannya alasannya yaitu merasa bersalah atas apa yang ia lakukan ketika kecil. Shouya telah mempelajari bahasa arahan sehingga ia sanggup berkomunikasi dengannya. Ia bertanya apakah mereka bisa berteman, hal yang sama yang ia tanyakan padanya ketika mereka masih kecil.
Shoko sendiri telah tumbuh menjadi lebih berpengaruh dan mempunyai banyak teman, namun ia menyalahkan dirinya dikarenakan telah memecah pertemanan Shouya dkk serta menciptakan Shouya menjadi korban bullying. Keduanya menyerupai 2 buah kutub magnet yang saling menolak, sama-sama menyalahkan diri mereka sendiri atas apa yang terjadi di masa lalu.
Shouya pun telah tumbuh menjadi lebih dewasa, di awal film terlihat ia berteman dengan sahabat sekelas pria yang juga merupakan seorang korban bullying. Itu merupakan sahabat pertamanya semenjak ketika SD. Adik Shoko mengetahui betul bahwa Shouya telah berubah dan terus mendorongnya biar berkencan dengan Shoko.
Shoko sendiri ingin membantu memperbaiki persahabatan Shouya dengan teman-temannya dengan mengumpulkan murid-murid lain. Namun beberapa dari mereka masih membenci Shoko maupun Shouya. Ada sedikit kisah cinta segitiga ketika Shouya bertemu sahabat sekelasnya dulu, Ueno yang bekerja di sebuah café kucing (cat café).
Namun disisi lain semua orang masih dihantui oleh masa lalunya. Shoko dan Shouya masih harus berjuang untuk melawan impian bunuh diri dan rasa bersalah atas apa yang terjadi di masa lalu. Seiring berjalannya waktu, keduanya bisa menyebarkan perasaan cinta satu sama lain, namun tampaknya hal itu belumlah cukup.
Koe no Katachi menunjukkan dongeng yang sangat menyentuh. Kasus bullying yaitu problem serius baik di Jepang maupun Amerika, hal tersebut mengakibatkan peningkatan bunuh diri pada remaja dan anak-anak. Tema dan huruf yang diangkat terasa nyata, relateable dan penuh dengan emosi.
Dalam manga dongeng pergi lebih jauh dengan menceritakan teman-teman mereka sesudah SMA. Mengingat batasan waktu, film pembiasaan ini tidak sanggup menceritakan sejauh itu. Umumnya mereka mengambil beberapa jilid manga untuk dijadikan movie dengan durasi -+2 jam.
Karakter (7/10)
Cukup sulit untuk menonton film yang bisa dikatakan “berat” ini. Kebanyakan karakternya merupakan pembully maupun korban bullying itu sendiri. Karakter utama dan teman-temannya bukanlah orang yang “baik”. Bahkan ketika mereka tumbuh remaja pun tak banyak yang berubah.Namun melihat bagaimana transformasi Shouya dari seorang pembully menjadi korban bully, kemudian menemukan cinta dan persahabatan merupakan titik utama dari film ini. Dan kita akan mengetahui betapa imut dan uniknya huruf Shoko. Film ini menyajikan kehidupan rumah, sekolah dan sahabat yang digarap dengan sangat baik. Bahkan huruf pembantu menyerupai adik dan nenek Shoko bisa menampakan diri mereka dengan baik.
Art (10/10)
Anime yang sangat elok dalam hal visual, terutama dalam beberapa latar belakang menyerupai bak koi, bazar kembang api ataupun langit berbintang. Desain karakternya pun sangat khas dan unik, Shoko yang manis dan Shouya yang “tidak peduli” dengan penampilannya (rambut acak-acakan yang khas). Para huruf pendukung pun mempunyai ciri khas sendiri mulai dari tinggi, berat badan, rambut dan fashion, semuanya meninggalkan kesan yang membekas.Namun bahwasanya yang menarik disini yaitu bagaimana mereka menampilkan huruf berkomunikasi dengan bahasa arahan untuk beberapa kali. Saya sendiri kurang paham ihwal bahasa arahan jadi tidak mau menunjukkan komentar seberapa akurat hal tersebut dianimasikan. Namun saya bisa katakan bahwa hal itu sangat menarik dan menyentuh.
Musik (4/10)
Saya juga tidak bisa berkomentar banyak ihwal musiknya. Di awal film terdengar menyerupai lagu rock and roll Amerika tahun 70 atau 80an. Hal tersebut tidak sesuai dengan selera saya jadi mungkin kurang berkesan. Ini hanyalah soal selera dan semuanya kembali ke diri kalian masing-masing.Seiyuu (9/10)
Apakah pengisi bunyi dari Shoko ini benar-benar mengalami gangguan pendengaran? Namun tampaknya sang seiyuu bisa menampilkan kesan kendala dalam berbicara dengan sangat baik, entah itu orisinil ataupun acting. Di serial TV menyerupai Switched at Birth, mereka memakai pengisi bunyi yang benar-benar tunarungu. Jika seiyuu dari Shoko ini tidak mengalami gangguan pendengaran, maka hal tersebut semakin pertanda kehebatan aktingnya dalam memerankan orang yang mempunyai kendala berbicara. Ditambah lagi hal tersebut konsisten sepanjang jalannya cerita.Kesimpulan
Overall : 39/50 (B)
“Anime yang elok untuk ditonton terutama bagi anak perempuan”
Catatan :
Review diatas menurut pendapat pribadi saya, semua terpengaruh selera, mood dan emosi individu. Kaprikornus ada kemungkinan beberapa poin evaluasi yang tidak sama dengan kalian, review ini hanya untuk menunjukkan sedikit citra ihwal Koe no Katachi.
Semoga dengan sedikit review movie The Shape of Voice diatas akan menjadi motivasi bagi kalian untuk pergi menontonnya. Saya pastikan kalian tidak akan menyesal jikalau menontonnya, jadi tunggu apalagi.
0 Response to "Nih [Review] Koe No Katachi, Animovie Terbaik 2017"
Posting Komentar